Selasa, 16 Februari 2010

campuran abon dgn 15 kg koro pedang pada 3 kg daging.

Abon

Tangan 3 pekerja di pabrik abon milik Suyati di Salatiga, Boyolali, Jawa Tengah, trengginas memasukan tumpukan koro pedang ke mesin penggiling. Di sudut lain 3 pekerja lagi sibuk mencampur daging sapi , hasil gilingan koro pedang, dan bumbu dalam sebuah wadah berdiameter 80 cm. koro pedang Canavalia ensiformis digunakan sebagai campuran utama pada pembuatan abon.

Industri abon lazim mencampurkan kacang-kacangan untuk menekan harga jual. ‘Supaya terjangkau seluruh lapisan masyarakat,’ kata Suyati. Ia menggambarkan untuk membuat 1 kg abon dibutuhkan 3,3 kg daging sapi yang harganya Rp55.000/kg. ‘Kalau tidak ada campuran harga abon minimal Rp181.500/kg. Terlalu mahal,’ imbuhnya. koro pedang dipilih selain harganya relatif murah Rp4.500/kg, juga abon lebih mengembang. Suyati yang mewarisi pabrik abon dari sang ayah, Kukoh Suwanto, itu menambahkan 15 kg koro pedang pada 3 kg daging.

Suyati pernah menggunakan kacang tanah Arachis hypogaea, kacang tunggak Vigna unguiculata, kluwih Artocarpus altilis, dan ubijalar Ipomea batatas sebagai campuran abon. Namun, keempat bahan campuran ini tidak memberikan hasil terbaik pada abon. Kacang tanah yang sekilonya Rp10.000 – Rp12.000, misalnya, membuat abon berminyak.

Menurut Prof Dr Ir Sri Handajani MSc dari Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah, kacang tanah kaya kandungan lemak. Ketika kacang tanah digoreng, lemak keluar dan diserap oleh daging sapi. Akibatnya tekstur abon yang seharusnya bulky alias mengembang malah basah berminyak.

Ubijalar membuat abon lembek. Begitu juga kluwih, menyebabkan abon kaku tak renyah. Sedangkan kacang tunggak cepat basi. Adonan yang sudah dibuat harus segera dicampur dengan abon. Berbeda dengan koro pedang, ‘Disimpan 1 hari juga tidak apa-apa, asal direbus matang,’ ungkap Suyati yang menggeluti pembuatan abon sejak 21 tahun lampau.
Tempe

Selain dijadikan campuran abon, menurut Prof Dr Ir Imas Siti Setiasih SU dari Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, koro pedang potensial dijadikan sumber bahan baku tempe yang selama ini menggunakan kedelai. koro pedang kaya protein yang dibutuhkan untuk regenerasi sel dan pembentukan sel baru bagi anak-anak. Tempe 100% terbuat dari kacang kara itulah yang disajikan Hj Evan Sofiah di Bandung, kepada para tamu dan sebagai lauk untuk anak-anaknya ketika makan. ‘Tempe dari bahan dasar koro pedang lebih gurih,’ kata Sofiah.

Toh nada sumbang masih kerap terdengar, karena koro pedang mengandung racun asam sianida (HCN). Namun, kekhawatiran itu ditepis oleh Prof Dr Ir Iyan Sofyan MSc dari Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Parahyangan Bandung. Riset Iyan dan Rika Sartika membuktikan tempe berbahan koro pedang aman dikonsumsi, asalkan prosesnya benar. ‘Biji koro pedang direndam dan direbus sebelum digunakan,’ kata Iyan.

Dengan perendaman, terjadi hidrolisis: ikatan glukosa sianida dari glukosida sianogenik dipecah menjadi asam sianida bebas. Pun perebusan berfungsi untuk menguapkan asam sianida dari molekul linamarin. Biji koro pedang yang melunak akibat perebusan menjadi tempat yang nyaman bagi pertumbuhan kapang Rhizopus oligosporus. Kapang yang berperan memfermentasi bahan baku tempe itu tak dapat tumbuh pada biji yang keras. Selama proses fermentasi koro pedang mengalami perubahan fisik dan kimia: menjadi lunak dan mudah dicerna serta bau langu pun hilang.
Aman

Riset Iyan menunjukkan perendaman selama 4 hari alias 96 jam menurunkan kadar sianida dalam koro pedang. Jika awalnya dalam kara terdapat 71,23 mg/kg sianida, dengan perendaman 96 jam hanya tersisa 9,369 mg/kg. Perendaman 48 jam menurunkan kadar sianida menjadi 11,907 mg/kg; 72 jam, 10,06 mg/ kg. Sementara perebusan selama 1 jam menurunkan kadar sianida 14,742 mg/kg; 2 jam, 11,340 mg/kg; dan 3 jam, 5,670 m/kg. Penurunan kadar sianida semakin besar jika koas – sebutan koro pedang di Jawa Barat – dipotong kecil-kecil terlebih dahulu.

Yang terbaik menurut Iyan perendaman 96 jam dan perebusan selama 1 jam serta pemberian kapang 0,4% dari total bobot koro pedang. Hasilnya selain kadar sianida rendah, juga diperoleh aroma, rasa, serta tekstur tempe yang optimal. Jika proses tersebut dilakukan dengan benar, kandungan sianida yang tadinya 73 ppm menyusut menjadi 0,02 ppm. Angka itu jauh di bawah batas aman konsumsi 45 – 54 ppm. Kepastian aman itulah yang membuat ruangan berukuran 8 m x 6 m tempat pembuatan abon milik Suyati berdenyut hingga sekarang.

Nah seluruh pabrik Abon di surakarta,boyolali,salatiga, banten dah mulai menggunakan koro pedang. bagaimana dengan pabrik abon yang lain??silahkan mengikuti.

http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=2199

http://koropedang.wordpress.com

tempe koro pedang Lezat dan obat kanker

DI MEJA ITU TERHIDANG 7 JENIS PENGANAN SEPERTI TEMPE GORENG, PISANG GORENG, DAN TAHU ISI. SRI SUPARJINI, SANG TUAN RUMAH, MENYAJIKAN 120 POTONG TEMPE DI BEBERAPA PIRING. DALAM SEKEJAP TEMPE-TEMPE ITU HABIS TERSANTAP. ‘RASANYA LEBIH GURIH,’ UJAR SURYANI, SEORANG TAMU.

Sri Suparjini, herbalis di Kulonprogro, Yogyakarta, menyajikan tempe yang tak biasa. Lazimnya penganan tradisional itu terbuat dari kedelai. Namun, Sri Suparjini mengolah tempe asal biji koro pedang Canavalia ensiformis. Kini kian banyak produsen yang membuat tempe asal koro pedang. Dr Ir Enny Harmayani MSc dari Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada mengatakan koro pedang cocok sebagai bahan baku tempe. ‘koro pedang sumber protein nabati yang potensial untuk bahan baku susu, tahu, dan tempe,’ kata Enny.

Kandungan protein koro pedang mencapai 27,4%, kedelai 35%, kacang tanah 23%. Edeh Rodiah, produsen tempe di Desa Cintamekar, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, 1,5 tahun terakhir rutin memproduksi tempe berbahan baku koro pedang. Dari sisi pemasaran, tempe koro pedang bukan masalah. Konsumen bisa menerima kehadiran tempe ‘baru’ itu. Setiap pekan Edeh memproduksi 60 kg tempe – yang didapat dari 100 kg koro pedang. Ia membuat tempe pada Ahad dan Rabu yang dipasarkan pada Senin dan Kamis.
Obat kanker

Dibanding ukuran kedelai, biji koro pedang memang relatif besar. Satu kilogram terdiri atas 740 biji setara dengan 37 – 74 polong. Sebuah polong rata-rata terdiri atas 10 – 20 biji. Oleh karena itu produsen tempe memotong-motong biji koro pedang menjadi 2 – 3 bagian. Pemotongan itu dilakukan setelah koro pedang direndam semalam. Tujuannya untuk mengendapkan zat toksik yang terkandung dalam biji seperti kholin, asam hidrozianine, dan trogonelin.

koro pedang juga mengandung senyawa con-canavalia A. Industri farmasi memerlukan senyawa itu sebagai obat kanker. Astanto Kasno, ahli koro dari Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, mengatakan senyawa canavalin B , enzim urease, asam amino canavalin, dan kandungan protein tinggi digunakan industri farmasi sebagai bahan kosmetik dan pangan.

Produsen tempe dan tahu yang memanfaatkan koro pedang cukup banyak. Di Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah, Heru Triyanto rutin memasok koro pedang kepada 4 produsen tempe. Heru memperoleh koro pedang dari pengepul di Madura dan Situbondo – keduanya di Provinsi Jawa Timur – serta Bandarlampung. Heru memasok 58 ton sebulan. ‘Permintaan lebih dari 100 ton,’ katanya.

Selain sebagai bahan baku tempe, koro pedang juga menjadi bahan pembuatan tahu, susu, dan campuran abon. Beberapa industri mengolah koro pedang sebagai camilan. Kulit ari biji koro pedang sumber protein dalam pakan ternak. Karena multifungsi, banyak orang menyebut-nyebut koro pedang sebagai substitusi kedelai. Maklum, impor kedelai Indonesia mencapai 1,2-juta ton setahun. ‘koro pedang potensial mengurangi devisa impor kedelai kita,’ ujar RM Purwadi yang kekurangan pasokan koro pedang berton-ton.
Dua jenis

koro pedang yang kini digadang-gadang sebagai substitusi kedelai itu sejatinya bukan komoditas baru. Pada 1970 – 1980 koro pedang banyak ditanam di pekorongan. Namun, saat itu hampir tak pernah dikebunkan secara komersial. Baru pada 2006 hingga kini, para pekebun di berbagai daerah seperti Kabupaten Bandung, Garut, Lampung Tengah membudidayakan koro pedang.

Disebut koro pedang lantaran bentuknya seperti pedang dengan panjang 30 cm. Ada juga yang menyebut koro bendo dan kacang parang. Embel-embel bendo, parang, atau pedang – semua alat potong – mengacu pada bentuk polong. Sebutan lain adalah koro dongkrak. Sebab, polongnya tegak lurus menyentuh permukaan tanah, mirip dongkrak. Namun, sebutan yang paling lazim adalah koro pedang. Bahkan masyarakat Perancis pun menyebutnya pois sabre (pois = kacang, sabre = pedang).

Menurut Astanto Kasno ada 2 jenis koro pedang. Yang pertama koro pedang tegak Canavalia ensiformis yang berbiji putih. Masyarakat internasional menyebutnya jackbean. Sedangkan koro pedang Canavalia gladiata tumbuh merambat. Tipe kedua sohor sebagai swordbean yang berbiji merah. Yang kini banyak dibudidayakan oleh para pekebun adalah koro pedang tipe tegak berbiji putih.

‘koro pedang memiliki daya adaptasi yang luas di lahan kering masam, mudah dibudidayakan secara tunggal atau tumpangsari, cepat menghasilkan, mengandung protein tinggi,’ kata Astanto. Tanaman anggota famili Leguminoceae itu adaptif di dataran rendah hingga 2.000 m di atas permukaan laut. ‘Ditanam di lahan marginal, koro pedang tetap tumbuh,’ ujar Ir Kankan Cukanda Abdurrahman, pekebun di Cijapati, Kabupaten Bandung.

Pada umur 4 bulan, koro panen perdana. Panen kedua dan ketiga dengan interval sebulan. Total jenderal pekebun memanen 5 – 6 ton kering per ha. Usai panen ketiga pada umur 6 bulan, pekebun mencabut tanaman. Beberapa perusahaan besar seperti PT Great Giant Pineapple yang mengebunkan nanas, menghancurkan tanaman koro muda – sebelum berproduksi – sebagai sumber nitrogen. (Sardi Duryatmo/Peliput: Faiz Yajri)

http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=1869

http://koropedang.wordpress.com

di taiwan koro pedang dihargai 1,5 juta per kg

kacang koro BAIFENG atau paifeng bikin sensasi di Taiwan. Setelah disebut-sebut mengandung zat antikanker, kacang koro polong yang di Indonesia dikenal dengan nama kacang koro parang atau kacang koro pedang itu harganya di Taiwan kini melonjak 145 kali, dari US$1 menjadi US $ 145 per kilogram. Itu berarti setara dengan Rp 1,5 juta, harga sebuah televisi 17 inci.

Adalah ahli gizi dari National Taiwan University Hospital dan Taipei Medical College, Prof. Tung Ta Chen, yang membuat paifeng (Canavalia ensiformis atau jack bean) diperebutkan orang. Kisahnya bermula dari berita di harian China News edisi 24 September 1998, media tempat Prof. Tung mengungkapkan hasil penelitiannya terhadap 20 orang pasien.

Selama sepekan, para pasien diberi satu miligram Concanavaline A — disingkat Con A — setiap hari. Con A merupakan lektin tumbuhan yang berasal dari sari kacang koro baifeng. Zat tersebut bisa mengaktifkan sel antikanker atau sel-T pada tubuh manusia. Dan memang, jumlah sel-T di badan 20 pasien itu meningkat drastis. Akibatnya, tentu saja kekebalan tubuh mereka terhadap serangan kanker menjadi semakin tinggi.

Sejak itulah, kacang koro baifeng dipercaya dapat mencegah kanker. Masyarakat Taiwan pun memburunya. Namun, benarkah kacang koro yang panjangnya dua sentimeter–hampir dua kali kacang koro kedelai–dan berwarna putih dengan setrip merah itu sedemikian ampuh membabat sel kanker?

Departemen kesehatan Taiwan menyatakan bahwa manfaat kacang koro baifeng masih perlu diteliti lebih lanjut dan diuji coba secara klinis. Prof. Tung juga memastikan bahwa kacang koro tersebut hanya manjur untuk mencegah kanker, bukan menyembuhkannya.

Ternyata, bagi banyak orang Indonesia, kacang koro baifeng bukanlah barang asing. Tanaman kacang koro yang dulunya didatangkan dari Amerika itu banyak ditemukan di daerah Jawa, Sumatra, dan Maluku. Ia dikenal dengan nama kacang koro parang, kacang koro pedang, atau koro bendo. Tanaman itu tumbuh liar, batangnya merambat satu sampai dua meter. Bunganya berwarna merah keungu-unguan. Meski aromanya kurang sedap, penduduk acap merebus daun muda tanaman kacang koro parang tersebut untuk pelengkap lauk nasi.

Tapi jangan coba-coba untuk langsung mengonsumsi biji kacang koro parang. Sebab, “Ia mengandung racun sianida,” ujar Nisyawati, Ph.D., Staf Pengajar dan Peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Beberapa buku, di antaranya Tumbuhan Berguna Indonesia II dan Taxonomy of Angiosperms, juga tak pernah menyebut-nyebut khasiat kacang koro parang sebagai penangkal penyakit kanker. Buku Medical Herb Index Indonesia hanya menyatakan bahwa kacang koro tersebut bisa digunakan sebagai obat asma, demam, dan penyakit eksim.

Mungkin karena itu pula, Nisyawati dan ahli pengobatan tradisional Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma mengaku terkejut atas penemuan Prof. Tung. Memang sampai kini belum ada penelitian di Indonesia tentang kegunaan kacang koro parang bagi kesehatan. Dari keluarga tanaman kacang koro-kacang koroan, menurut Hembing, yang pernah diteliti dan terbukti berpotensi mengandung zat antikanker barulah kacang koro buncis. Tumbuhan lain yang juga biasa digunakan Hembing untuk mengobati pasien pengidap kanker adalah sambiloto.

Hembing, yang memahami khasiat berbagai tumbuhan, meragukan keampuhan kacang koro parang dalam membasmi kanker. Lagi pula, belum ada penelitian yang memastikan bahwa dengan mengonsumsi kacang koro parang, orang bisa terhindar dari penyakit yang mengerikan itu.

Bagaimanapun, penelitian Prof. Tung tampaknya bisa dijadikan acuan sementara untuk merangsang penelitian kacang koro pedang di sini. Atau penelitian terhadap tumbuhan lain yang banyak tumbuh liar di hutan tropis Indonesia, dan khasiatnya bisa dikembangkan lebih dari yang sekadar diketahui oleh penduduk asli di Kalimantan ataupun Irian.

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1998/10/13/ILT/mbm.19981013.ILT95842.id.html

http://koropedang.wordpress.com

Kamis, 11 Februari 2010

kacang koro campuran abon

BAU harum daging masak langsung menyergap hidung tatkala Suara Merdeka masuk ke pabrik abon milik Santosa (46) warga Dukuh Bakalan, Desa Tanduk, Kecamatan Ampel, Boyolali. Siang itu sejumlah pekerja sibuk memasak daging cincang yang telah dicampur bumbu bahan abon.

Itulah kesibukan para pekerja setiap hari. Di ruangan lain, nampak pekerja sedang mengepak abon yang akan dikirim ke luar kota. Sebagian lainnya, menyayat daging bahan abon dan dendeng dari lemak yang menempel. Lemak harus dibuang untuk menjaga rasa dan kualitas abon dan dendeng. Sementara di pojok halaman, ada pula pekerja yang mencuci kacang koro pedang sebagai bahan bumbu pelengkap.

Tak dinyana, usaha yang mempekerjakan 40 orang itu bakal dikunjungi Presiden SBY, Selasa (20/2) mendatang. Bahkan si pemilik, Santosa juga tidak menyangka bakal mendapat kehormatan tersebut. Dia pun merasa serbasalah karena merasa tidak pantas dikunjungi seorang petinggi nomor satu di Republik ini. ''Walah, Mas lihat sendiri tempatnya hanya seperti ini. Saya merasa tidak pantas menerima beliau,'' ujarnya.

Bedagang Sapi

Dijelaskan, usaha pembuatan abon dan dendeng dirintis sejak tahun 80-an. Awalnya suami Sri Mulyani tersebut hanya berdagang sapi. Namun dia kemudian memutuskan merintis pembuatan abon dan dendeng sapi karena tertarik dengan usaha serupa milik orang tuanya. Melalui kerja keras, kini abon produksinya merambah seluruh kota di Pulau Jawa. Bahkan dia juga memiliki kantor pemasaran di Jakarta.

Tak tanggung- tanggung dari awalnya hanya mampu mengolah beberapa kg daging, kini harus menyembelih 5 - 6 ekor sapi/ hari. Omzet setiap bulan mencapai 20 ton dengan nilai mencapai Rp 1 miliar. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, dia membuat lima merk untuk produk abonnya. Kemasan pun bermacam- macam sesuai pesanan distributor dan sasaran konsumen.

''Ada yang kemasan 1/4 kg, 1/2 kg, kemasan kaleng namun ada juga yang dimasukkan dalam peti kayu.'' Meski omzetnya berkembang pesat, dia tetap setia menggunakan cara tradisional. Untuk memasak abon hingga matang, hanya menggunakan tungku kayu. ''Pernah mencoba dengan kompor gas agar cepat, namun malah diprotes pelanggan. Katanya, rasanya menjadi berbeda. Akhirnya, ya kembali menggunakan kayu untuk memasak hingga sekarang.''

Usahanya tidak berhenti pada pembuatan abon saja, bapak seorang putra dan seorang putri ini berusaha melebarkan bisnis lain. Dia mulai merambah usaha toko swalayan, dealer sepeda motor dan pengembang perumahan. Namun, usaha awal penggemukan sapi tetap dilakoninya. Tak heran, waktunya tersita untuk mengurus usahanya tersebut.

''Kami sebenarnya belum apa- apa, ya hanya sekadar berusaha membuka lapangan kerja bagi tetangga. Kami juga memberi dorongan kepada karyawan agar mandiri,'' imbuhnya merendah.

Plt Sekda Boyolali, Ir Mulyatno MSi mengatakan, usaha ekonomi yang dirintis masyarakat perlu mendapat perhatian agar bisa berkembang. ''Di Ampel setidaknya ada 7 usaha sejenis yang bisa memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Pembuatan abon dan dendeng memberi nilai lebih bila dibanding penjualan daging dalam keadaan segar,'' katanya. (Joko Murdowo-64)

http://www.suaramerdeka.com/harian/0702/16/nas05.htm

share

Senin, 08 Februari 2010

Jurnal-Jurnal Koro bedog

saat ini dunia akademis sangat mengalami trend dalam penelitian mengenai canavalia ensiformis atau koro bedog. Terbukti banyak penelitian-penelitian dan karya ilmiah yang berkaitan dengan koro bedog. Kalao tidak percaya coba ketik di google "canavalia ensiformis journal" ada ribuan judul penelitian. Baik itu di bidang agriculture, agri food, bio medis ,kedokteran atau kimia makanan. sayangnya indonesia belum banyak. Sudah saatnya indonesia menggali atau melakukan penelitian dengan subjek koro bedog/canavalia ensiformis ini. Karena tanamana ini sebenarnya sudah ada sejak nenek moyang kita di bumi tercinta ini.


share

Dunia beralih ke koro bedog

saat ini dunia mulai beralih ke koro bedog. perhatikan peta distribusi penanaman koro bedog di bawah ini.Karena koro bedog (canavalia ensiformis ) sangat besar kandungan proteinnya dan bermanfaat



un tuk selengkapnya kunjungi aja :http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=CAEN4


share

klassifikasi koro bedog (canavalia ensiformis)

Kingdom Plantae – Plants
Subkingdom Tracheobionta – Vascular plants
Superdivision Spermatophyta – Seed plants
Division Magnoliophyta – Flowering plants
Class Magnoliopsida – Dicotyledons
Subclass Rosidae
Order Fabales
Family Fabaceae – Pea family
Genus Canavalia Adans. – jackbean
Species Canavalia ensiformis (L.) DC. – wonderbean



share

Sabtu, 06 Februari 2010

Gowa Kembangkan Kacang Koro Pedang

Gowa Kembangkan Kacang Koro Pedang

GOWA, BKM-Agrobisnis tanaman kacang Koro Pedang kini telah dikembangkan secara kemitraan dengan petani di Gowa. Selain Gowa, budidaya juga dikembangkan di Sinjai dan Bone. Budidaya dilakukan pusat unit kemitraan DPD LP3TI Sulsel dengan CV. Tujuh Berlian dengan langkah awal pilot project untuk melihat animo masyarakat dalam budidaya kacang koro di Sulsel.

Direktur DPD LP3TI, Ir H.Sapriadi didampingi Manager Keuangan, Mursalim SE kepada BKM mengatakan, kacang koro dapat dijadikan substitusi bahan baku tahu,tempe dan susu kedelai. Para perajin tengah dipusingkan dengan melambungnya harga kedelai termasuk para perajin makanan ringan dan industri pakan serta lainnya.
”Varietas kacang kedelai jenis koro pedang memiliki kandungan protein hampir sama dengan kedelai. Kacang Koro untuk biaya produksi jauh lebih rendah dibandingkan kedelai,dan sangat cocok dengan iklim tropis. Kacang koro pedang ini mampu diharapkan mengatasi melambungnya harga kedelai. Penananam budidaya kacang koro telah dilakukan Juni hingga Juli 2009. (r11)

http://www.beritakotamakassar.com/view.php?id=37230&jenis=Gowa_Maros
koro pedang

share

Parepare Jadi Kota Pembibitan Kacang koro pedang

Parepare Jadi Kota Pembibitan Kacang koro pedang

PAREPARE – Luas wilayah Kota Parepare untuk lahan pertanian yang hanya sekitar 900 hektar kembali tidak menjadi hambatan bagi kota kecil ini unjuk gigi di bidang pertanian. Setelah mendapat penghargaan dari pemerintah pusat karena ikut berpartisipasi dalam peningkatan produksi padi sebesar lima persen, pemerintah pusat kembali memberikan kepercayaan baru kepada Parepare di bidang pertanian.

Kali ini, pemerintah pusat akan “menyulap” kota berpenduduk sekitar 125 ribu jiwa ini sebagai pusat pembibitan kacang koro (Canavalia Ensiformis). Program nasional pemerintah pusat ini rencananya direalisasikan tahun 2010 mendatang.

Hal itu diungkapkan Wali Kota Parepare H Mohammad Zain Katoe dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Tingkat Kota di Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kota Parepare beberapa waktu lalu. sebagai tindak lanjut dari kepercayaan pemerintah pusat tersebut, Zain Katoe, menjelaskan telah menyiapkan lahan seluas 500 hektar di empat kecamatan yang ada di Parepare.

ImageKacang yang harga jualnya sekitar Rp 30 ribu per kilogram itu kini menjadi salah satu komoditi ekspor potensial di Indonesia. Karena itu pemerintah menggalakkan pengembangan komoditi ini dengan serius untuk menunjang dan meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya di Indonesia kawasan timur.

Zain Katoe berharap kacang ini bisa menjadi peluang bisnis baru bagi masyarakat. Apalagi ke depan kacang ini diproyeksikan sebagai substitusi (pengganti) kacang kedelai untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap kacang kedelai impor sebagai bahan utama pembuatan tempe.

“Potensi pasar kacang koro ini sangat besar. Dan bagusnya lagi, budidaya kacang ini relatif mudah. Jadi kita sangat gembira dengan kepercayaan pemerintah pusat untuk menjadikan kota kita sebagai pusat pembibitan kacang ini,” kata Wali Kota Parepare ke-16 ini.

Ditambahkan Zain Katoe, Parepare sebagai kota kecil memang sudah tidak mungkin bersaing dengan daerah-daerah sekitar sebagai sentra beras seperti Sidrap dan Pinrang. Karena itu, sangat layak jika Parepare diproyeksikan sebagai pusat pembibitan saja mengingat luas lahan yang tidak memadai.

Sementara itu Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kota Parepare, Ir H Rostina, MP, mengemukakan kesiapannya untuk menyukseskan program pemerintah tersebut. Rostina yakin dengan tenaga penyuluh profesional yang dimiliki saat ini, Parepare bisa merealisasikan harapan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

nb: pengalaman sy harga Rp 30 ribu utk ekspor adl utk kualitas biasa2 aja. Krn ada yg bisa ekspor dg harga Rp 80-120 ribu/kg yaitu yg kualitas super (nomer 1)

http://www.tribun-timur.com/read/artikel/64843

http://pareparekota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1020&Itemid=27
koro pedang
share

Kacang koro bedog berkembang di gunungkidul

GUNUNGKIDUL: Bagi para petani hutan, ada harapan baru untuk mengembangkan tanaman kacang koro (Canavalia ensiformis). Tanaman merambat dan buahnya menggatnung mirip kacang buncis ini tergolong bandel karena mampu tumbuh di lahan kering seperti kebanyakan di Gunungkidul. Hasilnya mencapai tiga sampai empat ton per hektare.

Dengan perawatan tanaman yang mudah dan mampu tumbuh di lahan kering, para petani hutan di Desa Wunung membudidayakanya. Tepatnya di Desa Wunung Kecamatan Wonosari.

“Tanaman Kacang Koro memiliki harga jual di tingkat petani sebesar Rp 2.200 per kilogram. Umur panennya sekitar empat bulan,” kata Sugiman, pengurus kelompok tani Wunung. Penanaman sepuluh kilogram benih kacang koro dapat menghasilkan satu ton kering.

Petani menanam kacang koro di sela-sela tanaman kehutanan. Perawatannya mudah dan murah. Dalam satu tahun, biasanya petani menanam dua kali yaitu sekitar Februari dan Juni. “Kami sudah menemukan pembeli. Mereka bahkan wanti-wanti pada kawan-kawan petani agar menggunakan pupuk organik,” imbuh Sugiman.

Dia telah menanam satu ton benih kacang koro pada musim tanam Januari hingga Februari. Bersama dengan kelompok taninya, dia bekerjasama dengan petani lain untuk penanaman kacang koro. Dengan menggunakan sistem kerjasama yang mereka sepakati. Petani yang ingin menanam akan diberikan sejumlah benih tanpa harus membayar. Nantinya apabila telah panen, mereka harus mengembalikan sejumlah benih yang mereka tanam kepada kelompok tani.

Menurutnya, mereka berani menanam Kacang Koro dalam jumlah besar karena pasarnya terbuka. Banyak pedagang yang bersedia menampung hasil panen kacang koro.

Tanaman tersebut memiliki kegunaan bagi petani. Yaitu untuk pakan ternak, pupuk hijau, dan polong muda untuk sayur. Bijinya mengandung senyawa beracun, oleh karena itu tak dapat dimakan mentah-mentah.

Jepang dan Amerika sudah mengolah kacang coro untuk berbagai produk, di antaranya kosmetik dan obat kanker. Permintaan pasar masih terbuka lebar. Peluang bagi para petani untuk membudidayakan kacang koro.
Petani berharap pemerintah membantu petani kacang koro mengembangkan mereka.

http://www.beritajogja.com/berita/2009-04/kacang-koro-tahan-kering-berkembang-di-gunungkidul

http://koropedang.wordpress.com

share

Kacang Koro Disiapkan Jadi Substitusi Kedelai

Ditengah semakin melambungnya harga kedelai, kacang koro diyakini mampu menjadi bahan komoditi alternatif sebagai pengganti kedelai. Pengembangannya saat ini dilakukan oleh lintas departemen guna mendukung ketahanan pangan.

“Kacang Koro patut bersama-sama dikembangkan dan sangat potensial sebagai alternatif kedelai, terutama kalau dikembangkan secara serius untuk membuat tempe,” kata Menteri Perindustrian Fahmi Idris disela-sela membuka pameran produk industri dan teknologi yang mendukung pengolahan pangan,di plasa pameran industri Departemen Perindustrian,Rabu (30/01/2008).

Untuk itu ia mengharapkan dibutuhkan kerjasama lintas departemen yaitu Departemen Pertanian, Departemen Kesehatan dan Departemen Perindustrian untuk mengembangkan kacang koro.

“Bahkan berdasarkan kapasitas per hektar, kacang koro lebih tinggi dari kedelai,” ujarnya.

Sehingga ia yakin secara produktifitas, kacang koro bisa bersaing dengan produktifitas kacang kedelai yang selama ini biasa dipakai untuk bahan baku tempe.

Soal rasa, Fahmi mengakui kelezatan tempe dari kacang koro rasanya tidak jauh berbeda dengan tempe berbahan baku kedelai. Namun ia mengharapkan harus ada pengembangan lebih lanjut agar rasa dari tempe kacang koro bisa diterima oleh lidah masyarakat secara umum.

“Tadi saya sudah coba, ternyata rasanya tidak jauh berbeda dengan tempe, tapi karena kurang matang jadi agak keras,” imbuhnya.

http://www.detikfinance.com/read/2008/01/30/121903/886400/4/kacang-koro-disiapkan-jadi-substitusi-kedelai
http://koropedang.wordpress.com

share

Jangan Sepelekan Koro Pedang

Koro pedang, tanaman kacang-kacangan yang turun temurun telah dibudidayakan di Indonesia, dinilai mampu menggantikan kedelai yang saat ini sebagian besar masih diimpor.

Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Jakarta, Sabtu (25/7), mengatakan, dengan kandungan protein mencapai 27,4 persen, koro pedang dapat diolah menjadi tahu, tempe, maupun pakan ternak serta makanan ringan yang selama ini sangat bergantung pada kedelai.

“Pengembangan koro pedang mempunyai peluang cukup besar untuk mengatasi keresahan perajin tahu, tempe dan pakan ternak akibat kekurangan kedelai,” katanya.

Tanpa menyebut nilainya, Mentan mengatakan bahwa devisa yang dikeluarkan untuk impor kedelai selama ini begitu tinggi. Karena itu, jika koro pedang semakin berkembang dibudidayakan petani maka ke depan mampu menggantikan kedelai yang sebagian besar masih didatangkan dari luar.

Dengan demikian, tambahnya, akan menghemat devisa negara yang dipergunakan untuk mengimpor komoditas tersebut.

Mentan juga mengungkapkan hal itu sehari sebelum melakukan pencanangan penanaman koro pedang di Jawa Barat yang berlokasi di Desa Pesawahan, Kecamatan Takokak Kabupaten Cianjur, Minggu (26/7) besok.

Menurut Anton, tanaman koro pedang sudah dibudidayakn di Lampung, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Untuk Jawa Barat bahkan sudah direncanakan seluas 5000 hektar pada musim tanam 2009/2010. Tersebar di Kabupaten Cianjur, Ciamis, Subang, Sumedang, Bandung, Bandung Barat, Majalengka, Sukabumi, Garut, Indramayu. Masing-masing 500 ha, sedangkan khusus Cianjur 600 ha.

Pasar ekspor juga

Agribisnis koro pedang, lanjutnya, memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena tanaman tersebut mudah dibudidayakan dan ditumpangsarikan dengan ubi kayu, jagung, sengon, kopi, coklat, dan lain-lain. Peluang pasar yang menjanjikan antara lain permintaan dari Korea, Jepang, dan Amerika Serikat.

Tanaman ini toleran terhadap lahan kering masam, mampu tumbuh di segala jenis tanah, bahkan di tanah marjinal sekali pun. Tanaman ini juga menghasilkan pupuk hijau sebanyak 40-50 ton/ha.

Selain itu, ekstrak biji koro pedang juga dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan mencegah penyakit kanker. Saat ini, menurut dia, produktivitas rata-rata koro pedang sebanyak 7 ton/ha dengan harga di tingkat petani sebesar Rp 2.500/kg biji kering.

Ketua Himpunan Petani, Peternak dan Pekebun (HIPPPI) Jawa Barat Yayat Syifullah Priyadi mengatakan, permintaan koro pedang di Jawa Barat tak hanya dari pasar lokal maupun antar wilayah di dalam negeri namun juga dari Korea dan Amerika.

“Permintaan pasar sebenarnya tak terbatas. Karena produksi masih rendah kami kewalahan memenuhi permintaan tersebut,” katanya.

Permintaan koro pedang dari Korea, menurut dia, sebanyak 50 ton per minggu. Permintaan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur juga sebesar itu untuk industri pengolahan. Seadngkan untuk usaha tahu dan tempe dari dua provinsi itu dibutuhkan sekitar 10.000 ton.

Permintaan juga dari PT Manohara untuk melakukan ekspor koro pedang sekitar 200 ton per bulan, serta dari masyarakat sekitar.

http://koropedang.wordpress.com


share

Menteri pertanian canangkan penanaman koro pedang di jawa barat

Mentan Canangkan Penanam Koro Pedang Jawa Barat

Tanaman Koro Pedang kini akan menjadi bahan baku pembuatan tahu tempe. Petani di Jawa Barat tengah berupaya agar komoditi ini lebih dikenal luas dan diterima masyarakat. Untuk mendukung tersebut, atas inisiatif petani yang tergabung di dalam Himpunan Petani, Peternak, dan Pekebun Indonesia (HIPPPI) Jawa Barat akan mengembangkannya seluas 5000 hektar.

Terkait dengan itu, Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, Jum’at pekan lalu melakukan pencanangan penanam koro pedang untuk Propinsi Jawa Barat. Pencanangan ini dilakukan di Desa Pesawahan, Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Ketika memberikan arahan usai melakukan penanaman perdana, Mentan menjelaskan bahwa koro pedang bisa berperan sebagai diversifikasi sumber protein nabati selain kedelai.

Koro pedang disebut juga Koro Bedog merupakan salah satu tanaman yang dibudidayakan secara turun temurun di Indonesia. Tanaman ini sangat toleran terhadap kekeringan dan mampu tumbuh disegala jenis tanah, bahkan tanah yang marginal.

Sedangkan kandungan gizinya tidak kalah dengan kacang kedelai, koro pedang memiliki kandungan proteinnya mendekati kedelai (kandungan protein koro pedang mencapai 27, 4%, kedelai 39 %). Dengan kandungan karbohidratnya sebesar 63,5 % sementara kedelai hanya 35,5 %.

Koro pedang dapat diolah menjadi baku tempe, tahu, tauco, pakan ternak. Namun Mentan mengingatkan biji koro pedang mengandung zat toksik seperti kholin, asam hidrozianine dan trogonelin, oleh karenanya perlu cara yang khusus untuk mengonsumsinya.

Pengembangan koro pedang mempunyai peluang yang cukup besar yang dapat menjadi solusi untuk mengatasi keresahan pengrajin tahu, tempe dan pakan ternak akibat kekurangan kedelai.

http://koropedang.wordpres.com


share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes